Monday, June 7, 2010
Hasil Amatan Kegiatan Ekskursi: Kepentingan Ekonomi Vs Lingkungan
Oleh: Hermawan Patrianto
Potensi dan permasalahan
BANJIR JAKARTA - Kini telah menjadi permasalahan yang kompleks, meliputi hal-hal yang bersifat makro-politis hingga hal-hal yang bersifat mikro-teknis. Arahan dan zonasi pemanfaatan ruang, kebijakan pola dan struktur ruang, konsep pengembangan kawasan, strategi dan staging pengembangan wilayah merupakan area makro dan bersifat politis, sedangkan sistem kelembagaan pembangunan, pengaturan pola-distribusi infrastruktur dan sistem utilitas kota/wilayah, dan partisipasi masyarakat merupakan area mikro dan bersifat teknis. Terlebih jika areal amatan adalah Jabodetabek yang tersusun atas satu atau lebih satuan Daerah Aliran Sungai (DAS) yang sangat luas dan bersifat lintas administrasi, tentu permasalahan yang timbul akan lebih kompleks.
Disadari sepenuhnya bahwa kawasan hulu Jakarta, meliputi Bogor dan Kaw. Puncak merupakan kawasan hijau yang menjadi hinterland Jakarta, terutama dalam penyediaan cadangan air bersih dan pencegahan banjir. Namun, perlahan tapi pasti kawasan hulu terus berubah menjadi kawasan terbangun akibat konversi guna lahan skala besar dan okupasi secara sporadis oleh masyarakat. Jika hal ini berlangsung secara terus-menerus dalam waktu yang panjang tanpa memperhatikan kaidah-kaidah kelestarian lingkungan, maka bukan tidak mungkin, Jakarta tidak pernah terbebas dari banjir.
Peluang dan tantangan
Fenomena alih guna lahan dan semua hal terpapar diatas tentu saja dilakukan bukan tanpa tujuan, semuanya dilakukan untuk kepentingan ekonomi dan alasan pertumbuhan wilayah. Dalam konteks otonomi daerah, tentu kita mengetahui bahwa setiap daerah diorientasikan untuk mampu secara mandiri menyelenggarakan tata-kelola pemerintahannya dan membiayai sendiri pembangunan di wilayahnya. Maka sudah barang tentu, yang terjadi adalah aspek ekonomi menjadi prioritas utama. Sebagai contoh: Suatu kawasan yang dibiarkan tanpa ada aktivitas ekonomi diatasnya tentu tidak akan memberikan revenue bagi daerah sedikitpun, meskipun dari aspek lingkungan berkontribusi signifikan dalam menyimpan cadangan air dan udara bersih. Namun, jika kawasan tersebut telah berubah fungsi menjadi kawasan budidaya (mis: komersial, perumahan, dll) tentu akan dapat memberi nilai ekonomi lebih bagi daerah.
Pelajaran paling berharga adalah apa yang disampaikan Dr Tarsoen Waryono, M.Si, bahwa Jakarta kaya akan sumberdaya manusia yang handal, namun belum dapat menunjukkan apa yang sebaiknya dilakukan bagi Jakarta, menjadi Jakarta apa Jadinya, bukan Jakarta apa Adanya. Jakarta 2100…??
Solusi dan rekomendasi
Banjir Jakarta perlu ditangani secara serius, sama sekali menghilangkan risiko banjir, tentu hampir tidak mungkin dilakukan, tetapi meminimalisasi risiko akibat banjir, masih sangat mungkin dilakukan. Tentu hal yang harus dilakukan dalam penanganan banjir Jakarta adalah penanganan, baik makro/mikro yang bersifat kongkrit, taktis-strategis, dan terintegrasi. Semua ide penanganan banjir Jakarta-yang sangat banyak jumlahnya, dari yang bersifat low-tech hingga high-tech perlu diturunkan hingga tataran implementasi secara kongkrit. Bukan sekedar konsep utopis tanpa disertai tindakan kongkrit. Terakhir, mengajak masyarakat untuk sadar lingkungan dan membangun pola hidup sehat.
Labels:
banjir jakarta,
jakarta masa depan
0 comments:
Post a Comment