Posted by: Qnoyzone
written by: Get Lost in Indonesia team, 10 Oct 2010 — Mendengar keluhan-keluhan tentang Indonesia membuat saya letih. Tapi mendapati kehebatan dan kelebihan negeri ini juga ternyata lebih melelahkan.
Sebuah bangsa yang katanya besar. Negeri yang diciptakan Tuhan sambil tersenyum. Zamrud khatulistiwa yang terbentang sepanjang 3.977 mil antara Samudera Hindia dan Pasifik. Yang konon memiliki daratan sepanjang 1.922.570 km², dengan 3.257.483 km² panjang perairan, 95.181 km garis pantai, punya 17.504 pulau, lebih dari 53 gunung, 500 lebih suku, 742 bahasa daerah, lebih dari 300.000 spesies liar, dan tentu saja 240 juta penduduk.
Tapi kenapa begitu sulit ‘menjual’ bangsa ini? Kenapa tidak bisa kita leluasa menikmatinya? Kenapa begitu susah menjadi orang senang di sini? Dan kenapa begitu senang kita jadi orang susah?
Sewaktu Malaysia mengakui batik dan tari pendet sebagai kebudayaannya, kita semua kebakaran jenggot. Lalu terbirit-birit mematenkan. Tapi kok saya pesimis, tidak banyak yang rakyat kita bisa dapatkan dari usaha itu. Paten ya tinggal paten. Pengakuan di atas kertas. Dan tidak signifikan mengurangi antrian pembagian zakat.
Jika Malaysia memroduksi batik berkualitas secara masif … lalu cukup menyantumkan tulisan Batik Indonesia pada labelnya … yang makmur yaa tetap rakyat Malaysia. Para pengusahanya, pekerjanya, distributornya, reseller-nya, penjual kain dasarnya, produsen lilinnya, produsen pewarnanya, perusahaan listrik dan airnya, mbak-mbak penjaga tokonya.
Kalau negara tetangga membuat pertunjukan Tari Pendet di festival pariwisata mereka, tentu saja nama Indonesia ada tertera kecil-kecil di brosur meja depan. Tapi yang kebagian rezeki yaa tetap panitianya, pemerintahnya, pemilik toko cenderamatanya, tukang kacang rebusnya, calo karcisnya … kalau ada hehe. Pendapatan mereka bertambah, tapi kita tidak. Karena rakyat kita tidak kebagian royalty sepersen pun.
Kenyataan ini yang membuat saya letih. Bahwa kita tidak bisa berbuat banyak atas itu. Maka pada satu malam, saya brainstorming bersama 3 orang rekan. Di tempat nongkrong yang biasa, minum kopi yang biasa, situasi yang biasa. Yang tidak biasa cuma aturannya: kita berempat tidak boleh mengeluh.
Temanya: bagaimana memasarkan Indonesia. Lalu bagaimana menjadikannya bermanfaat untuk menggairahkan ekonomi mikro … sekecil apapun.
Tujuannya: InsyaAllah masuk surga.
Diskusi kami berangkat dengan mengidentifikasi masalah yang ada. Kenapa ya usaha mengangkat industri pariwisata Indonesia yang dilakukan lembaga eksekutif dan regulator kita tidak banyak membuahkan hasil?
Oooh…mungkin karena saking banyaknya keindahan dan kehebatan negeri ini, kita jadi bingung memilih unique selling proposition… bingung menentukan diferensiasi…bingung menetapkan positioning Indonesia sebagai brand…
Buktinya iklan-iklan pariwisata kita tidak pernah jauh dari gambar-gambar pemandangan nan indah. Buktinya Bali lebih tenar secara parsial karena dia lebih spesifik menjual pantai.
Buktinya tagline pariwisata kita kerap berubah-ubah tanpa diikuti kampanye komunikasi yang jelas (2001: Indonesia, just a smile away. 2003: Indonesia, endless beauty of diversity. Belum setahun, dirubah lagi jadi: Indonesia, the color of life. 2004: Indonesia, ultimate in diversity. Entah yang sekarang-sekarang, sudah terlalu banyak yang harus diingat. Bandingkan dengan Malaysia Truly Asia yang didukung kampanye konsisten). Buktinya lagi, kita punya 17.504 pulau dan 9.634 di antaranya belum punya nama (50% lebih!) hehehe. Saking bingungnya.
Eh, sebentar. Kenapa tidak kita tularkan saja kebingungan itu pada dunia? Kenapa tidak kita ‘jual’ saja semua kelebihan dan kekurangan kita apa adanya, lalu kita biarkan dunia yang menilai? Kita biarkan saja para turis itu datang ke Indonesia, lalu tersesat dengan berlimpahnya keindahan negeri ini!
Maka tema kampanye kita kali ini judulnya: GET LOST IN INDONESIA!
Tapi gimana caranya? Lembaga otoritas yang bekerja penuh waktu saja kerepotan menjalankan kampanye pariwisata, apalagi kami yang cuma berempat? Sebab, memang tidak mudah. Kampanye-kampanye sebelumnya saja, denger-denger, selalu dipenuhi justifikasi tentang kekurangan waktu, kekurangan biaya, kekurangan tenaga…
Kekurangan tenaga? Eh, sebentar. Bukankah kita punya 240 juta penduduk Indonesia? Penduduk sebuah negara terbanyak ke-lima di dunia? Sekali lagi, 240 juta orang! Yang 180 juta-nya adalah pengguna ponsel. Yang 40 juta di antaranya adalah pengguna internet. Yang 80% dari pengguna internet itu punya facebook. Yang menjadi negara pengguna Facebook nomer 2 di dunia. Yang jadi pengguna Twitter terbanyak nomer 3 di dunia. Yang, artinya, 240 juta orang dengan hobi berbagi yang amat sangat teramat dahsyat!
Jadi kenapa tidak kita jadikan saja 240 juta orang itu sebagai pekerja kampanye pariwisata kita? Kenapa tidak kita serahkan saja masalah pendanaan, tenaga dan waktu pada mereka? Maka jadilah, Get Lost in Indonesia sebagai user-generated tourism movement yang dimiliki dan digerakan oleh seluruh rakyat Indonesia! Caranya?
Pergunakan kamera digital, manual, atau kamera ponsel Anda untuk menangkap apapun yang ada di Indonesia yang Anda pikir menarik. Bisa pemandangan, boleh makanan, bisa Pak Maman yang bekerja mengurut urat keseleo sambil mendendangkan pupuh kinanti. Masing-masing Anda pasti punya pengalaman unik. Cantumkan caption dan deskripsi pada setiap foto.
Lalu upload foto-foto dan cerita tersebut ke www.facebook.com/getlostinindonesia atau ke twitter@getlostisgood atau ke www.GetLostinIndonesia.com (website sedang dikerjakan dan segera tayang, akan kami kabari secepatnya).
Setelah itu?
Anda tentu boleh membantu gerakan ini. Anda boleh mengunggah dan mengunduh foto (dengan etika tentunya). Anda boleh menceritakan gerakan ini kepada siapa pun. Atau berbagi foto-foto yang ada kepada teman-teman Anda di dalam maupun luar negeri. Atau mencetaknya dan sekedar menempelkannya di toilet rumah Anda agar siapa pun tahu tentang Indonesia. Boleh! Karena ini gerakan milik orang Indonesia.
Anda juga boleh berbincang langsung dengan pengunggah foto tentang lokasi dan memintanya bercerita lebih lanjut. Boleh juga menghubungi pemilik foto siapa tahu Anda bermaksud menggunakannya untuk kepentingan komersil. Boleh, sebab ini gerakan dari dan oleh Anda.
Sebab artinya, gerakan ini akan menyebarluaskan Indonesia secara organik. Juga membantu Indonesia menemukan kehebatan dan keindahan dirinya sendiri (tanpa perlu mengirim petugas untuk mendata, bukan?). Membantu tukang serabi di Gang Sejahtera berpromosi. Membantu UKM-UKM di Indonesia menyampaikan produknya kepada dunia.
Membantu para turis menemukan shortcut kepada sumber informasi langsung (bayangkan, turis tak lagi perlu mencari brosur daftar museum, tapi langsung berhubungan dengan komunitas Sahabat Museum, misalnya). Semoga semakin banyak potensi yang bisa diketemukan. Semoga semakin kencang suara kita didengar dunia. Semoga semakin banyak UKM yang terbantu pemasarannya. Tanpa perlu menunggu kebijakan apapun diputuskan.
Hmm… mengeluh atau bergerak. Gimana?
Sumber : http://groups.yahoo.com/group/Muhammadiyah_Society/message/32853
Wednesday, October 13, 2010
Super Point Mario Teguh
Berikut ini adalah beberapa superpoint dari Motivator Super Indonesia, semoga bisa memberikan kita pencerahan menuju jalan kedamaian dan kebahagiaan:
Keluarga adalah karir terbaik.
Semua jiwa yang kemudian menjadi mulia dan bernilai bagi kebaikan hidup sesama, berasal dari keluarga.
Keluarga adalah tempat dibangunnya semua kualitas kepemimpinan hidup,
yang sesungguhnya ditentukan oleh kualitas hati dari seorang Ibu,
yang vital bagi pertumbuhan, perkembangan, dan keceriaan hati suami dan anak-anaknya.
Menjadi Ibu adalah karir yang paling mulia.
[ Mario Teguh - September 25, 2010 ]
THE HIGHER YOU ARE, THE LESS YOU CARRY.
Semakin tinggi posisi Anda dalam kehidupan ini
harus semakin sedikit yang Anda bawa.
...Setiap jiwa muda yang beraspirasi
menjadi berwenang dan terhormat,
mapan dan mampu, dan bermanfaat bagi sesama,
harus mengurangi bawaannya.
Kurangilah bawaan sikap, pikiran, dan perilaku
yang menjauhkan Anda dari rasa suka
dan dukungan baik orang lain.
[ Mario Teguh – Loving you all as always, September 27, 2010 ]
Banyak suami istri yang sangat resmi
sikapnya kepada satu sama lain.
Tidak jalan bergandengan tangan,
tidak saling memanggil dengan julukan yang manis,
tidak memeluk atau mencium saat berpamitan.
Dan saat pulang dari kantor,
sang suami tidak berseru lantang
Honey … I am home ?!
Tidak terdengar suaranya …
tau-tau sudah kejepit pompa air di belakang rumah.
Anda berdua menua bersama-sama, lebih mesralah
[ Mario Teguh - September 18, 2010 ]
Ada seorang rekan yang bangga sekali menyatakan bahwa dia kenal Sultan Brunei.
Tapi, saat ditanya apakah Sang Sultan mengenalnya, dia bilang: Ya nggak lah!
Yang menjadikan kita berhasil, bukanlah orang yang kita kenal; tetapi mereka yang mengenal kita.
...
Maka, apakah yang sedang Anda lakukan untuk menjadi pribadi yang dikenal luas sebagai jiwa santun yang jujur, pandai, dan pekerja keras?
[ Mario Teguh - September 30, 2010 ]
"Bukan kebahagiaan yang menjadikanmu seorang yang bersyukur,
tetapi kemampuanmu untuk mensyukuri-lah yang menjadikanmu pribadi yang berbahagia.
Jadilah pribadi yang aktif tertarik untuk menjadikan dirimu dan para sahabatmu bergembira.
Jika ketertarikanmu adalah mengupayakan kegembiraan, kedamaian, dan kesyukuran dalam keseharianmu bersama orang lain - maka tumbuhlah kebahagiaanmu. " [Mario Teguh]
Keluarga adalah karir terbaik.
Semua jiwa yang kemudian menjadi mulia dan bernilai bagi kebaikan hidup sesama, berasal dari keluarga.
Keluarga adalah tempat dibangunnya semua kualitas kepemimpinan hidup,
yang sesungguhnya ditentukan oleh kualitas hati dari seorang Ibu,
yang vital bagi pertumbuhan, perkembangan, dan keceriaan hati suami dan anak-anaknya.
Menjadi Ibu adalah karir yang paling mulia.
[ Mario Teguh - September 25, 2010 ]
THE HIGHER YOU ARE, THE LESS YOU CARRY.
Semakin tinggi posisi Anda dalam kehidupan ini
harus semakin sedikit yang Anda bawa.
...Setiap jiwa muda yang beraspirasi
menjadi berwenang dan terhormat,
mapan dan mampu, dan bermanfaat bagi sesama,
harus mengurangi bawaannya.
Kurangilah bawaan sikap, pikiran, dan perilaku
yang menjauhkan Anda dari rasa suka
dan dukungan baik orang lain.
[ Mario Teguh – Loving you all as always, September 27, 2010 ]
Banyak suami istri yang sangat resmi
sikapnya kepada satu sama lain.
Tidak jalan bergandengan tangan,
tidak saling memanggil dengan julukan yang manis,
tidak memeluk atau mencium saat berpamitan.
Dan saat pulang dari kantor,
sang suami tidak berseru lantang
Honey … I am home ?!
Tidak terdengar suaranya …
tau-tau sudah kejepit pompa air di belakang rumah.
Anda berdua menua bersama-sama, lebih mesralah
[ Mario Teguh - September 18, 2010 ]
Ada seorang rekan yang bangga sekali menyatakan bahwa dia kenal Sultan Brunei.
Tapi, saat ditanya apakah Sang Sultan mengenalnya, dia bilang: Ya nggak lah!
Yang menjadikan kita berhasil, bukanlah orang yang kita kenal; tetapi mereka yang mengenal kita.
...
Maka, apakah yang sedang Anda lakukan untuk menjadi pribadi yang dikenal luas sebagai jiwa santun yang jujur, pandai, dan pekerja keras?
[ Mario Teguh - September 30, 2010 ]
"Bukan kebahagiaan yang menjadikanmu seorang yang bersyukur,
tetapi kemampuanmu untuk mensyukuri-lah yang menjadikanmu pribadi yang berbahagia.
Jadilah pribadi yang aktif tertarik untuk menjadikan dirimu dan para sahabatmu bergembira.
Jika ketertarikanmu adalah mengupayakan kegembiraan, kedamaian, dan kesyukuran dalam keseharianmu bersama orang lain - maka tumbuhlah kebahagiaanmu. " [Mario Teguh]
Labels:
kata mutiara,
mario teguh,
super point mario teguh
Wednesday, September 22, 2010
10 Secrets of Success
How many of these 10 secrets of success do you practice?
1.How you think is everything. Remember to “think positive” at every opportunity. Visualize success, not failure. Avoid negative environments and people.
2.Decide on your dreams and goals. Be specific about your goals. For example, say “I am taking a cooking class next month,” rather than “I would like to take a cooking class sometime.” Create a plan to reach your goals, and stick to it.
3.Take action. Goals alone have no meaning; you need to take action to make them real. Don’t let fear hold you back. "Just do it."
4.Never stop learning. Take classes, go back to school, read books, join a discussion group. If you are interested in a subject, make time to learn about it. Keep acquiring new skills.
5.Be persistent and work hard. You’ve probably heard the expression, “success is a marathon, not a sprint.” Keep your eye on the goal, and keep working toward it. Don’t give up.
6.Learn to analyze details. Get all the facts, and ask for input. This will help you make wiser decisions. Acknowledge your mistakes, but don’t beat yourself up. Learn from your mistakes.
7.Focus your time and money. When you believe in something, put your attention and energy there. Don’t let people or things distract you.
8.Don’t be afraid to innovate; be different. Be true to yourself, and have your own ideas. Following the crowd is a path to mediocrity.
9.Communicate with people effectively. Remember that no person is an island. Communicate your thoughts and desires honestly, and encourage others to communicate honestly with you. Practice understanding and motivating other people.
10.Be honest and dependable; take responsibility for what you do. Never cheat or lie. When you make a promise, keep it. When you screw up, admit it.
1.How you think is everything. Remember to “think positive” at every opportunity. Visualize success, not failure. Avoid negative environments and people.
2.Decide on your dreams and goals. Be specific about your goals. For example, say “I am taking a cooking class next month,” rather than “I would like to take a cooking class sometime.” Create a plan to reach your goals, and stick to it.
3.Take action. Goals alone have no meaning; you need to take action to make them real. Don’t let fear hold you back. "Just do it."
4.Never stop learning. Take classes, go back to school, read books, join a discussion group. If you are interested in a subject, make time to learn about it. Keep acquiring new skills.
5.Be persistent and work hard. You’ve probably heard the expression, “success is a marathon, not a sprint.” Keep your eye on the goal, and keep working toward it. Don’t give up.
6.Learn to analyze details. Get all the facts, and ask for input. This will help you make wiser decisions. Acknowledge your mistakes, but don’t beat yourself up. Learn from your mistakes.
7.Focus your time and money. When you believe in something, put your attention and energy there. Don’t let people or things distract you.
8.Don’t be afraid to innovate; be different. Be true to yourself, and have your own ideas. Following the crowd is a path to mediocrity.
9.Communicate with people effectively. Remember that no person is an island. Communicate your thoughts and desires honestly, and encourage others to communicate honestly with you. Practice understanding and motivating other people.
10.Be honest and dependable; take responsibility for what you do. Never cheat or lie. When you make a promise, keep it. When you screw up, admit it.
Labels:
rahasia sukses,
secrets of success
Thursday, June 24, 2010
Bandung, INDONESIA
Set 750m above sea level, and protected by a fortress of watchful volcanoes 190km southeast of Jakarta, BANDUNG is the third largest city in Indonesia and a centre of industry and traditional Sundanese arts – with plenty of cultural performances for tourists – though it suffers from incredible traffic pollution and uninteresting modern developments. Sundanese culture has remained intact here since the fifth century when the first Hindu Sundanese settled in this part of West Java. Modern Bandung's main tourist attraction is nearby Tangkbuhan Prahu volcano, from where there's a very pleasant two-hour forest walk down to the city, too.
The Dutch spotted the potential of this lush, cool plateau and its fertile volcanic slopes in the mid-seventeenth century, and set about cultivating coffee and rice here, settling in the area to live in the early nineteenth century. Several relics from the city's colonial era remain, including some of the elegant shops along Jalan Braga, and some fine buildings on Jalan Asia-Afrika.
The Dutch spotted the potential of this lush, cool plateau and its fertile volcanic slopes in the mid-seventeenth century, and set about cultivating coffee and rice here, settling in the area to live in the early nineteenth century. Several relics from the city's colonial era remain, including some of the elegant shops along Jalan Braga, and some fine buildings on Jalan Asia-Afrika.